Pameran multimedia I Love Banda dan Hikayat Neirabatij bisa dinikmati di Erasmus Huis mulai 24 Maret mendatang.
Pameran multimedia I Love Banda dan Hikayat Neirabatij bisa dinikmati di Erasmus Huis mulai 24 Maret mendatang.
Pada 24 Maret 2022 Erasmus Huis Jakarta akan membuka eksposisi I Love Banda. Pameran ini diselenggarakan bekerja sama dengan fotografer Isabelle Boon dan The National Maritime Museum Belanda. Eksposisi I Love Banda telah dipamerkan di The National Maritime Museum Belanda pada 2021 dan sekarang eksposisi ini ditampilkan untuk pertama kalinya di Indonesia. Salah satu bagian paling istimewa dalam pameran ini adalah salinan Hikayat Neirabatij, sebuah manuskrip yang sempat hilang, dan dikenal sebagai sumber tulisan tertua dari sejarah lisan kepulauan Banda.
Pameran ini bisa disaksikan s/d 17 Juni 2022 di Erasmus Huis Jakarta.
mengenai pameran I Love Banda
Fotografer dokumenter Isabelle Boon mengarahkan lensanya ke Banda masa kini. Enam anak muda Banda – dengan siapa ia kemudian membangun ikatan istimewa – memainkan peran utama dalam I Love Banda. Potret kehidupan pribadi anak-anak muda ini, karakter khas kepulauan Banda dan dinamika kehidupan publik menghiasi eksposisi ini. Makin lama kita memperhatikan foto-fotonya, makin jelas betapa masa lalu dan masa kini berkelindan dan menuturkan banyak cerita mengenai budaya, identitas dan agama. Lewat dunia, mimpi dan ambisi Mega Vani, Karis, Ulfa, Ode, Nabila dan Nyellow, kita berkenalan dengan kepulauan Banda yang kontemporer. Bagi peminat sejarah, sisi historis yang sarat muatan juga bisa ditemui dalam eksposisi ini. Selain pameran I Love Banda, Boon juga menerbitkan sebuah buku berjudul sama, yang merangkum lebih dari empat ratus foto di kepulauan Banda.
Direktur Erasmus Huis Yolande Melsert: “Merupakan suatu kehormatan bagi Erasmus Huis untuk menyambut kedatangan eksposisi multimedia I Love Banda yang akan memanjakan semua pancaindra. Kisah keenam anak muda Banda sangat menginspirasi. Lewat pameran ini, kita bisa mengintip kekhawatiran dan perenungan mereka. Hal ini memberikan ekstra dimensi dalam pemahaman kita akan Banda. Kisah mengenai kepulauan ini juga harus diceritakan di Jakarta (yang berjarak 2556 km dari Banda). Singkat kata: pameran ini memberikan panggung bagi generasi muda Indonesia — dan dengan demikian, juga memberikan panggung bagi penduduk Banda…”
manuskrip istimewa
Selama persiapan eksposisi I Love Banda pada 2021, sebuah manuskrip istimewa koleksi The National Maritime Museum menarik perhatian: Hikayat M.S. Neirabatij. Manuskrip ini ditulis oleh Saleh Neirabatij dalam bahasa Melayu pada 1922. Neirabatij adalah seorang yang berpengaruh di pulau Lonthor, yang merupakan bagian dari kepulauan Banda. Hikayat ini sangat berharga karena hamper tidak ada sumber historis lokal. Hikayat Neirabatij menawarkan perspektif lokal mengenai sejarah maritim dan – sejauh yang diketahui –merupakan sumber tulisan tertua dari sejarah lisan kepulauan Banda. Sebuah salinan manuskrip ini bisa dinikmati bersamaan dengan I Love Banda di perpustakaan Erasmus Huis. Transkripsi dan rangkuman manuskrip bisa diakses di situs The National Maritime Museum. Dengan begitu, peminat di seluruh dunia bisa membaca hikayat ini. Selain di Erasmus Huis, sejumlah salinan manuskrip ini dibuat dan dipamerkan di lokasi-lokasi lain di Indonesia, agar isi dokumen ini bisa diakses generasi muda Indonesia di masa depan.
Michael Huijser, direktur The National Maritime Museum Belanda: “Kami sangat senang bahwa eksposisi I Love Banda dan Hikayat M.S. Neirabatij dipamerkan di Erasmus Huis. Museum kami ingin memperlihatkan bagaimana air menghubungkan dunia dan proyek ini adalah contoh sempurna untuk itu.”
tentang Erasmus Huis
Pameran ini bisa dinikmati di Erasmus Huis, pusat kebudayaan Belanda yang berlokasi di jantung pusat kota Jakarta. Erasmus Huis mudah diakses untuk semua orang, tua maupun muda. Erasmus Huis merupakan sebuah melting pot, tempat orang Belanda dan orang Indonesia berbaur dan tempat pertukaran dalam bidang budaya. Program-program Erasmus Huis berfokus pada seni pertunjukan, pameran, sastra, industri kreatif dan warisan budaya. Erasmus Huis telah membangun reputasi sebagai pusat budaya yang hidup dan mudah diakses untuk semua kalangan. Sejak pandemik Covid-19 merebak, peminat dari seluruh Indonesia bisa berpartisapasi dalam aktivitas-aktivitas Erasmus Huis. Acara-acara mereka, dari pementasan tari, pemutaran film, kuliah umum dan pameran, bisa dinikmati secara daring lewat Google Arts and Culture: artsandculture.google.com/partner/Erasmus-huis
tentang Isabelle Boon
Dengan kameranya, fotografer dokumenter Isabelle Boon (1972) menangkap kekuatan positif dan antusiasme orang-orang dan lingkungan mereka. Dalam potret kehidupan sehari-hari yang realistis dan terlihat sepele, ia menceritakan kisah yang lebih besar. Rasa hormat, ketelitian, keterhubungan, dan hubungan timbal-balik adalah kata-kata kunci untuk metode kerjanya yang didominasi oleh pendekatan pribadi. Boon mengamati dengan penuh perhatian dan membangun percakapan dengan orang-orang yang ia potret. Gaya Boon murni, tanpa tedeng aling-aling, intuitif dan dekat. Ia menggunakan cahaya alami sebanyak mungkin dan mencari momen-momen spontan. Foto-fotonya – selalu berwarna – tidak diedit atau diedit seminimal mungkin. Isabelle Boon bekerja di dalam dan di luar negeri. Proyek Boon sebelumnya Heritage in Transition bercerita mengenai dampak penataan kembali bangunan kolonial dan infrastruktur di pusat kota tua Jakarta dan Semarang terhadap penduduk dan pengguna baru. Heritage in Transition telah dipamerkan di Kota Tua (Jakarta), Kota Lama (Semarang), Museum Volkenkunde (Leiden) dan Museum Sophiahof (Den Haag).
Pertemuan dengan anak-anak muda di Banda dan kesadaran bahwa warisan kolonial berperan besar dalam perkembangan di kepulauan tersebut merupakan latar belakang proyek I Love Banda. Sebagian foto yang dipamerkan di The National Maritime Museum Belanda, sebelumnya telah dipamerkan di kampus Hatta-Sjahrir di Banda Neira.
tentang The National Maritime Museum Belanda
The National Maritime Museum Belanda ingin memperlihatkan bagaimana air menghubungkan dunia. Selain pameran bertema historis, museum ini memamerkan karya seniman-seniman masa kini. Foto-foto Isabelle Boon sejalan dengan misi museum ini untuk memperlihatkan betapa kuatnya hubungan dunia maritim dan kehidupan masyarakat, serta bagaimana dampaknya bagi kehidupan individu. Dalam eksposisi I Love Banda, The National Maritime Museum memperlihatkan visi modern mengenai dampak hubungan historis antara Belanda dan Indonesia. Dengan begitu, museum ini bisa membangun dialog dan memberi akses pada masyarakat luas untuk mengeksplorasi sejarah kolonial dan perbudakan.